androidvodic.com

Listrik Padam, Jaringan Komunikasi Mati, Pengiriman Bahan Pangan PBB ke Gaza Ikut Terhenti - News

Laporan Wartawan News, Mikael Dafit Adi Prasetyo

News, NEW YORK – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menghentikan sementara pengiriman bahan pangan dan kebutuhan penting lainnya ke Gaza pada Jumat (17/11/2023) setelah layanan internet dan telepon tidak berfungsi di wilayah kantong yang terkepung karena tidak adanya pasokan bahan bakar.

“Pemadaman listrik yang berkepanjangan berarti penghentian operasi kemanusiaan kami di Jalur Gaza,” kata Juliette Touma, juru bicara PBB.

Namun, beberapa jam setelah terhentinya pasokan makanan dan bantuan dari PBB, Amerika Serikat pun meminta Israel untuk segera mengizinkan truk pengangkut bahan bakar masuk ke wilayah Gaza.

“Untuk jaringan komunikasi, Israel juga menyetujui tambahan 10.000 liter per hari (2.640 galon),” kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS.

UNRWA dan kelompok kemanusiaan lainnya membutuhkan setidaknya 120.000 liter (31.700 galon) sehari untuk menjalankan fungsi penyelamatan nyawa.

Gaza saat ini hanya menerima 10 persen pasokan makanan dari total kebutuhan bahan pangan setiap hari melalui pengiriman dari Mesir, menurut PBB, dan penutupan sistem air telah menyebabkan sebagian besar penduduknya meminum air yang terkontaminasi, sehingga menyebabkan timbulnya penyakit.

Baca juga: Israel Izinkan 2 Truk BBM Masuk Gaza Setelah Didesak AS, Cuma untuk Kebutuhan PBB

“Dehidrasi dan malnutrisi semakin meningkat, dan hampir semua penduduk membutuhkan makanan,” ujar Abeer Etefa, juru bicara regional Timur Tengah untuk Program Pangan Dunia PBB.

Perang pejuang Hamas dan tentara Israel yang pecah sejak 7 Oktober 2023 lalu menyebabkan 11.400 warga Palestina tewas. Sebanyak dua pertiga dari mereka adalah perempuan dan anak di bawah umur, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Baca juga: Israel Ngebom Sekolah Al-Fakhoora di Gaza Utara, 50 Pengungsi Anak-anak dan Perempuan Tewas

Sementara 2.700 lainnya dilaporkan hilang dan diyakini terkubur di bawah reruntuhan. Penghitungan tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan militan, dan Israel mengatakan telah membunuh ribuan militan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat