androidvodic.com

Menperin Minta Pabrikan Mobil China Jadikan RI Basis Produksi EV untuk Ekspor, Ini Respons TMMIN - News

Laporan Wartawan News, Lita Febriani

News, LEGIAN - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita baru saja berkunjung ke China dan bertemu para pemimpin pabrikan otomotif Tiongkok di Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Menperin meminta brand China seperti Wuling hingga Neta untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto, mengatakan Toyota belum kembali bertemu dengan Menperin, namun soal arahan sebagai basis produksi dan ekspor, Toyota Indonesia telah melakukan hal tersebut.

Baca juga: Menperin Dorong Wuling Pacu Produksi Mobil Listrik dan Jadikan RI Hub EV Setir Kanan

"Kalau kita saat ini belum bertemu lagi dengan pak Menteri. Tetapi untuk saat ini mungkin arahannya sama (basis produksi dan ekspor)," tutur Nandi di Legian, Bali, Kamis (20/6/2024).

Sebagai informasi, Toyota sendiri sudah menjadi basis produksi hingga produknya telah diekspor ke berbagai negara di dunia.

Untuk kendaraan elektrifikasi buatan Toyota Indonesia seperti Kijang Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid juga sudah dikapalkan ke luar negeri.

"Kalau Toyota kan sudah menjadi lokal produksi, basis produksi dan hub ekspor, kita sudah lakukan itu. Produk hybrid kita sudah ekspor ke beberapa negara, tetapi untuk EV kita memang belum ada volume scale. Jadi kita masih fokus untuk yang ada dulu, tetapi arahnya sama yaitu di lokalisasi dan hub ekspor. Cuman untuk secara khusus kita tidak terima arahan (dari Menperin)," jelas Nandi.

Lebih jauh Nandi menjelaskan, negara tujuan ekspor dari Toyota Indonesia sendiri saat ini masih banyak meminta mobil dengan Internal Combustion Engine (ICE) atau bahan bakar bensin dan kedua terbanyak ialah teknologi hybrid.

Baca juga: Menperin Agus Gumiwang Ajak China Inves di Industri Semikonduktor di Indonesia

"Kalau Amerika Latin itu almost belum ada EV, tetapi malah etanol, seperti di Brazil. Kemudian juga hybrid kalau Meksiko dia ikut Amerika, jadi banyak hybrid dan plugin hybrid. Kalau pasar Asia masih belum (EV)," ungkap Nandi.

Toyota masih meninjau skala ekonomi untuk memproduksi EV. Akan tetapi, dari kebanyakan konsumen perusahaan yang lebih menyukai segmen kendaraan A dan B, menjadi pertimbangan.

"Ekspor kita bukan hanya fokus ke negara berkembang, tetapi produk kita memang lebih banyak ke produk yang entry level, seperti A segmen dan B segmen. Sementara untuk C segmen tidak begitu banyak di market kita," imbuhnya.

Selain itu, segmen kendaraan yang paling banyak diminati domestik menjadi acuan Toyota untuk mengekspor produk tersebut.

"Kita ekspor itu tidak mungkin domestiknya tidak kuat terlebih dahulu. Saat domestiknya sudah kuat baru kita ekspor. Kita domestiknya kuat di A segmen dan B segmen, sehingga ekspornya di global short itu masih di entry level atau perubahan konsumen dari sepeda motor menjadi mobil dan harganya sangat kompetitif," terang Nandi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat