androidvodic.com

Dukung Healthy Living, Alam Sutera Terapkan Masterplan Ecological Planning Method - News

News - Apakah Anda familiar dengan konsep healthy living? Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebugaran, healthy living berkembang menjadi prinsip hidup yang kian dipilih oleh banyak orang.

Mengutip situs MedicineNet, Healthy Living merupakan sebuah cara hidup agar seseorang dapat menyeimbangkan kesehatan fisik dan kesehatan mental secara bersamaan.

Untuk dapat menjalankan healthy living, seseorang perlu memperbaiki gaya hidup mereka, yaitu dengan menerapkan gaya hidup sehat (healthy lifestyle).

Menariknya, terdapat banyak aspek yang dapat berkontribusi terhadap healthy living ini, salah satunya adalah pemilihan tempat tinggal atau hunian yang memadai. 

Masterplan matang untuk pelestarian lingkungan

Lantas, seperti apa jenis hunian yang dapat membantu seseorang untuk menerapkan prinsip healthy living? Jenis hunian tersebut bisa kita lihat contohnya melalui Alam Sutera. Dikembangkan oleh PT Alam Sutera Realty Tbk, Alam Sutera merupakan kawasan residensial terpadu beserta hunian di dalamnya yang berdiri di atas lahan seluas lebih dari 800 ha.

Alam Sutera menawarkan pilihan hunian lengkap yang mengusung konsep healthy living berkat perencanaan masterplan yang matang dan telah dibuat sejak tahun 1993. Perencanaan masterplan yang matang ini menjadi bukti komitmen tinggi Alam Sutera terhadap pelestarian lingkungan.

Planning and Landscape Director Alam Sutera Mira Rani Naga melalui wawancara eksklusif dengan Kompas.com mengatakan, “Saat itu, Alam Sutera menggandeng master planner bertaraf internasional yakni SWA, untuk membuat masterplan pertamanya di area seluas lebih dari 800 ha.” 

Mira menambahkan, sebagai fondasi awal dalam perencanaan kota, masterplan ini berperan penting dalam pengembangan kawasan, termasuk di dalamnya terkait dengan infrastruktur, akses dan jaringan jalan, serta wilayah residensial. Maka dari itu, tak heran kalau masterplan Alam Sutera pun dibuat dengan konsep yang lebih matang. 

“Pada masterplan akan langsung terlihat jalan utamanya, lingkungan yang ada disekitarnya, pembagi-bagi setiap kawasannya, dan saluran air, baik air bersih maupun air kotor. Masterplan ini juga yang menjadi dasar untuk perhitungan infrastruktur. Kalau tidak punya masterplan, rencana kerja jadi berantakan,” ujar Mira. 

Penggunaan masterplan ini, lanjut Mira, tidak sekadar untuk mengatur struktur dan pembagian lahan, namun juga lanskap kawasan yang menentukan titik terendah dan tertinggi di daerah tersebut. 

Penerapan masterplan yang matang oleh Alam Sutera, tentunya bukan tanpa alasan. Sebab, mengutip dari Laporan Cushman & Wakefield dengan tajuk “Marketbeat Greater Jakarta Landed Residential H1 2023”, disebutkan bahwa kawasan Tangerang, termasuk Tangerang Selatan masih mendominasi pasokan hunian baru, yakni 51 persen. Kemudian, disusul dengan kawasan Bogor dan Depok dengan persentase masing-masing 22 persen. 

Dominasi kawasan Tangerang sebagai pemasok hunian baru membuat banyak orang memilih lokasi ini sebagai pilihan tempat tinggal. Tentunya pilihan ini didukung dengan faktor lain, seperti akses yang mudah untuk ke Jakarta, infrastruktur memadai dan modern, hingga fasilitasnya yang lengkap. 

Karena itu, perencanaan masterplan yang matang menjadi hal penting bagi Alam Sutera agar bisa menawarkan pilihan hunian ramah lingkungan, yang kini memang banyak dicari oleh masyarakat.

Baca juga: Generasi Milenial, Yuk Mulai Gaya Hidup Sehat dengan Memilih Hunian yang Tepat!

Terapkan Ecological Planning Method 

Hunian alam sutera

Selain berpedoman pada keadaan topografi, pembuatan masterplan Alam Sutera juga mempertimbangkan aspek lingkungan yang berada di sekitar wilayah Alam Sutera

Inilah yang mendorong Alam Sutera untuk menerapkan proses pengembangan kawasan dengan mengimplementasikan metode perencanaan ekologi (ecological planning method).

“Untuk masterplan kami menggunakan sistem Ecological Planning Method. Jadi, kami mempelajari kondisi pada air, tanah, dan sosial di sekitar lokasi,” jelas Mira. 

Berdasarkan analisis yang ada, masterplan pun dirancang sedemikian rupa demi meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Salah satu penerapannya adalah lewat pengalokasian areal seluas 40 persen untuk pembangunan fasilitas umum dan sosial, termasuk ruang terbuka hijau (RTH). 

RTH ini kemudian diimplementasikan dalam bentuk penyediaan taman, hutan, danau, serta jalanan yang beratapkan green tunnel dari pohon trembesi. 

Pohon trembesi dipilih karena tanaman ini memiliki fungsi untuk menetralkan udara dari emisi karbon serta menyaring penetrasi cahaya matahari. Pada akhirnya, pohon trembesi ini menjadi karakter yang terus melekat pada Alam Sutera

“Setelah 30 tahun sejak pembangunan, pohon trembesi menjadi aspek yang membuat kota modern ini populer. (Berkat itu pula) karakter (Alam Sutera) pun terbentuk,” kata Mira. 

Selain penyedian RTH, penerapan fasilitas umum serta sosial lain, mulai dari sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan, hingga rumah ibadah, menjadi prioritas dari Alam Sutera dengan ditempatkan di titik-titik yang mudah untuk diakses dari seluruh kawasan. 

Baca juga: Hunian Compact DP 0 Persen plus PPNDTP, Solusi untuk Generasi Milenial!

Mengacu pada Ecological Planning Method, Mira mengatakan, Alam Sutera juga dibangun dengan akses jalan yang memadai. Misalnya, pembuatan akses jalan menuju kawasan yang dibuat di titik yang terbuka dengan Jalan Raya Serpong dan jalur Tol Jakarta-Tangerang. 

“Begitu pula dengan akses jalan di dalam kawasan Alam Sutera, kami membuat semua wilayah dapat diakses dengan mudah. Jalan-jalan juga dibuat besar dengan empat (4) jalur sehingga tidak ada kemacetan, sekalipun pada jam-jam sibuk,” terangnya. 

Terhindar dari kemacetan, kelancaran arus kendaraan di dalam kawasan Alam Sutera pun didukung pula oleh pintu antar-cluster yang dibuat berjauhan. Tak hanya itu, pembangunan kawasan komersial juga dipetakan sedemikian rupa sehingga tetap bisa mendukung kualitas hidup seluruh penghuninya. 

Misalnya, dengan penempatan sejumlah kawasan komersial yang dekat dengan kawasan hunian. Sedangkan di sisi lain, ada pula cluster-cluster yang tidak memiliki kawasan komersial. 

“Tentunya setiap pribadi penghuni memiliki preferensi yang berbeda. Ada yang ingin huniannya dekat dengan kawasan komersial. Ada pula yang memilih untuk wilayah sekitarnya tidak terlalu ramai. Maka itu, kami berusaha untuk memenuhi seluruh preferensi penghuni,” ucapnya. 

Memiliki 37 cluster residential yang masing-masing terdiri atas 150 hingga 300 rumah, maka adanya masterplan ini menjadi acuan untuk pembuatan site plan di seluruh hunian yang dikembangkan oleh Alam Sutera. Selain itu, value yang dimiliki masterplan juga terus dibawa dalam pembuatan site plan. 

“Intinya, kami terus berupaya untuk membangun kawasan terpadu dengan memanfaatkan lahan yang ada dengan seefisien mungkin. Tetapi tetap menjaga value yang dimiliki sehingga kualitas hidup penghuni tetap diutamakan,” pungkasnya. 

Penulis: Andeska Gladiaventa | Editor: Anniza Kemala

Baca juga: Rumah Open Space, Hunian Tepat untuk Gaya Hidup Modern di Perkotaan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat