androidvodic.com

Serangan Siber Kian Merajalela, Stasiun Pengisian Daya Mobil Listrik Jadi Incaran Peretas - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNES.COM, YERUSALEM – Aksi peretasan kini tidak hanya mengincar perusahaan teknologi saja tapi juga mulai mengincar sistem perangkat pengisian daya mobil listrik.

Dengan memanfaatkan lemahnya sistem keamanan pada pengisian daya atau SPBU listrik, para perentas mulai menjalankan aksinya untuk melakukan pembobolan, demi mendapatkan pundi – pundi uang yang dihasilkan dari perentasan tersebut.

Yoav Levy, CEO Upstream Security, perusahaan penyedia platform keamanan siber otomotif asal Israel menjelaskan, para hacker biasanya akan membobol operasi pusat pengisian armada EV.

Setelah sistem berhasil mereka kuasai barulah perentas ini akan meminta tebusan sejumlah uang kepada pemilik jaringan SPBU listrik. Setelah mendapatkan dana yang mereka mau, perentas akan membuka kunci pada pengisian daya tersebut.

“Seiring pertumbuhan teknologi baru, keamanannya juga akan meningkat, tetapi saat ini, peretas melihat peluang emas untuk menghasilkan uang.” Ujar Yoav Levy.

Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi ke Blender.io, Atas Tuduhan Bantu Cuci Uang Curian Geng Peretas Lazarus

Melansir dari Carbuzz, aksi perentasan mulai marak lagi pada tahun ini usai adanya kejadian pembobolan pada beberapa pusat pengisian daya EV di kawasan Moscow.

Aksi peretasan tersebut diketahui setelah para hacker menampilkan pesan anti-perang dan anti-Putin. Pejabat setempat percaya bahwa aksi ini merupakan ulah dari hacker asal Ukraina.

Baca juga: Ponsel dan Komputer Warga Ukraina Kini Jadi Target Peretas Rusia

Aksi peretasan yang mengincar kendaraan sebenarnya sudah ada sejak 2018 silam.

Saat itu seorang pemilik kendaraan yang disembunyikan identitasnya melaporkan kasus peretasan topi hitam dengan memanfaatkan kelemahan fitur perangkat lunak kendaraan Tesla Model 3.

Baca juga: Peretas Gagal Ambil Uang Curian Senilai 1 Juta Dolar AS, Pelaku Lupa Akan Hal Ini

Menurut Levy, lebih dari 80 persen dari semua serangan siber yang terjadi di 2021 dilakukan dari jarak jauh.

Artinya tidak ada koneksi fisik antara peretas dengan kendaraan atau stasiun pengisian daya. Kekhawatiran serangan inilah yang kemudian memicu adanya ketakutan berlebih bagi para pengembang pengisian EV di AS.

Mengingat saat ini AS tengah merealisasikan rencana untuk membangun ribuan pengisian daya listrik di tahun 2025 mendatang. Bahkan keseriusan AS membuat pihaknya rela menggelontorkan dana sebesar 5 miliar dolar AS demi mewujudkan pembangunan ini.

Untuk mencegah terjadinya kasus serupa Levi menghimbau agar para pemilik pengisian daya kendaraan EV lebih memperketat sistem keamanannya, dengan begitu dapat mencegah para hacker untuk melancarkan aksi kejahatan ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat